Dalil - Dalil Tawasul

Bookmark and Share
a. Tawassul dengan Rsulullah SAW. waktu masih hidup dan setelah wafat
a.1. Firman Allah dalam surat An-Nisa’ayat .64:
Artinya:
“Walaupun sesungguhnya mereka telah berbuat dhalim terhadap diri mereka,kemudian mereka datang kepadamu(Muhammad),mereka meminta ampun kepada Allah dan Rasul memintakan ampun untuk mereka,pasti mereka menjumpai Allah Maha pengampun dan Maha penyayang “.
Dalam ayat ini jelas bahwa Allah mengampuni dosa-dosa orang yang dhalim, di samping do’a mereka tetapi ada wasilah do’anya Rasulullah.SAW.
a.2. Dalam tafsir Ibnu Katsir jus.1.hal.520:

Artinya:
“Berkata al-Imam al-Hafidz As-syekh Imaduddin Ibnu Katsir; menyebutkan segolongan ulama’ diantaranya As-Syhekh Abu Manshur As-Shibagh dalam kitabnya As-Syaamil dari al-Ataby, berkata: saya duduk di kuburan Nabi SAW., maka datanglah seorang Badui dan ia berkata: Assalamu ‘Alaikum yaa Rasulullah! Saya telah mendengar Allah berfirman; walaupun sesungguhnnya mereka telah berbuat dhalim terhadap diri mereka kemudian datang kepadamu dan mereka meminta ampun kepada Allah, dan Rasul memintakan ampun untuk mereka, mereka pasti mendapatkan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang; dan saya telah datang kepadamu (ke kuburan Rasulullah) dengan meminta ampun akan dosaku dan memohon syafa'at dengan wasilahmu (Nabi) kepada ALlah; kemudian ia membaca syair memuji Rasulullah, kemudian orang Badui tadi pergi, maka saya ketiduran dan melihat Rasulullah dalam tidur saya, beliau bersabda: Wahai Ataby temuilah orang Badui tadi sampaikan kabar gembira bahwa Allah telah mengampuni dosanya”.
Dalam riwayat di atas jelas bahwa Ataby diampuni dosanya dengan tawassul kepada Nabi yang telah wafat.


Riwayat di atas diriwayatkan oleh al-Imam Nawawi dalam kitabnya:

Dan diriwayatkan pula oleh Abu Muhammad Ibnu Quddamah dalam kitabnya al-Mughni juz III hal 556.
Yang jelas riwayat al-Ataby ini banyak sekali diriwayatkan oleh para Ulama’ terkemuka.

b. Tawassul dengan Sahabat
b.1. Dalam kitab Riyadlus-Shalihin bab. Wadaais-shahib hal 275 hadits no. 3. Rasulullah SAW. bertawassul supaya Umar jangan lupa untuk menyertakan Rasulullah dalam segala do’anya di Mekkah ketika umrah.

Artinya:
“Dari sahabat Umar Ibnul Khatab r.a berkata: saya meminta izin kepada Nabi SAW. untuk melakukan ibadah umrah, kemudian Nabi mengizinkan saya dan Rasulullah SAW. bersabda; wahai saudaraku! Jangan kau lupakan kami dalam do’amu; Umar berkata: suatu kalimat yang bagi saya lebih senang dari pada mendapat kekayaan dunia. Dalam riwayat lain; Rasulullah SAW. bersabda: sertakanlah kami dalam do’amu”. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tarmidzi).
Dan masih banyak lagi dalil-dalil tawassul namun kami cukupkan apa yang telah kami sebutkan di atas. Dalam hadits di atas, Rasulullah meminta kepada Sayyidina Umar untuk menyertakan Rasulullah dalam do’anya Sayyidina Umar selama di Makkah, padahal kalau Rasulullah berdo’a sendiri tentu lebih diterima, tetapi beliau masih meminta do’a kepada Sayyidina Umar.
b.2. Dalam kitab Sahhihul Bukhari jilid I hal 179.
Sayyidina Umar Ibnu Khattabh bertawassul dengan Rasulullah dan Sayyidina Abbas ketika musim penceklik:

Artinya:
“Dari sahabat Anas; bahwasannya Umar Ibnu Khattabh r.a. apabila dalam keadaan paceklik (kekeringan) ia mohon hujan dengan wasilah Sayyidina Abbas Ibnu Abdil Muthalib, maka berdo’a Sayyidina Umar: Yaa Allah sesungguhnya kami bertawassul kepada Engkau dengan wasilah Nabi kami kemudian Engkau telah menurunkan hujan kepada kami, dan sesungguhnya kami sekarang bertawassul kepada Engkau dengan wasilah paman Nabi kami (S.Abbas) maka berilah kami hujan, berkata S. Umar kemudian diturunkan hujan”.
(Diriwayatkan oleh Bukhari).

c. Tawassul dengan para Ambiya’ dan Shalihin
Dalam kitab al-Kabiir wal Awsath al-Imam Thabrani; meriwayatkan sejarah Fathimah binti Asad Ibnu S.Ali bin Abi Thalib ketika wafat. Rasulullah SAW. yang menggali kuburan dan membuang tanahnya dengan tangan beliau. Maka tatkala selesai, Rasulullah masuk ke kubur tadi dan berbaring sambil berdo’a:

Artinya:
“Allah yang menghidupkan dan yang mematikan dan Dia yang hidup tidak mati; Ampunilah! untuk ibu saya Fathimah binti Asad dan ajarkanlah kepadanya hujjah (jawaban ketika ditanya malaikat) kepadanya dan luaskan kuburnya dengan wasilah kebenaran Nabimu dan kebenaran para Anbiya’ sebelum saya, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dan Rasulullah takbir empat kali dan mereka memasukkan ke dalam kubur ia (Rasulullah), S. Abbas dan S. Abu Bakar As-Shaddiq r.a.” (Diriwayatkan oleh Thabrani).
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Hibban dan Hakim dari sahabat Anas. Dan diriwayatkan pula Ibnu Abi Syaibah dari sahabat Jabir, dan meriwayatkan pula Ibnu Abdul barr sahabat Ibnu Abbas.
KESIMPULAN:
1. Bertawassul dengan berdo’a dan mempergunakan wasilah, baik dengan iman, amal shaleh dan dengan orang-orang yang dekat kepada Allah SWT. jelas tidak disalahkan oleh agama bahkan yang dibenarkan.
2. Bertawassul bukan berarti kita meminta kepada yang kita jadikan wasilah, tetapi kita memohon agar yang kita jadikan wasilah memberikan keberkahan untuk diterima do’a kita. Bertawassul dengan wasilah yang disenangi Allah, atau berdo’a dengan menyebut sesuatu yang disenangi oleh Allah, tentu Allah akan menyenangi kita, dan meridlainya. Maka apa yang disenangi Allah kita sebut dalam do’a kita.
3. Bertawassul dengan orang-orang yang dekat kepada Allah seperti para Anbiya’, para Rasul dan para Shalihin, bukan berarti kita minta kepada mereka, tetapi kita mohon agar mereka ikut memohon kepada Allah agar permohonan kita diterima oleh Allah SWT. Seluruhnya adalah hak Allah:
Dalam Al Quran
“Tiada ada yang mencegah kalau Allah mau memberi, dan tidak ada yang bisa memberi kalau Allah mencegahnya”.

Artinya:
“Katakanlah Dia Allah Yang Maha Esa dan Allah tempat meminta”.
4. Tawassul kepada orang mati sama dengan tawassul kepada orang hidup, karena yang rusak adalah jasadnya, adapun rohnya tetap hidup di alam barzah. Dia putus amalnya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk orang lain tidak ada dalil yang melarang. Contoh: Kita berziarah ke kubur orang tua, ketika mendo’akan kedua orang tua kita;

Artinya:
“Yaa Allah! Ampunilah aku dan ampunilah kedua orang tuaku, dan kasihanilah kedua orang tuaku sebagaimana kedua orang tuaku mengasihani aku waktu kecil”.
Tidak ada ayat al-Qur’an dan Hadits Rasulullah yang melarang orang tua kita di alam barzah untuk mendo’akan anak cucunya. Tentu setelah mereka mendapatkan do’a dari kita, tidak mustahil mereka di alam barzah berdo’a; Ya Allah selamatkan anak kami di dunia dan seterusnya.
Adapun diterima atau tidak, bukan urusan kita, karena itu semua hak


{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar