Sebuah Renungan

Bookmark and Share


Kebaikan itu hanya menatap sayu, melihat keluguan
seorang pemuda yang mulai nampak lusuh raut mukanya

Bagi beranda hati yang tak henti mengharap nur suci
Bagi seonggok daging yang selalu berharap 
selamat saat kiamat

Dengan apa malammu kau pertanggung jawabkan?
Sementara siangmu kerap kau abaikan?

Meski tak seindah mutiara yang dibuat 
dalam cangkang karang
Nafsu bejat itu selelu berusaha dia jinakkan
Nafsu ketika dia mengharap sesuatu yang bukan haknya
Nafsu ketika semua orang harus 
sejalan dengan pemikirannya
Nafsu ketika dia mulai putus asa dengan 
indah pengharapannya

Sedang saujana yang terlihat hanya tangisan
hangat bunga rumput yang tertutup kelopak takut

Usai memutar biji tashbih
kenapa air mata ini tak mahu keluar...?

Dengan di iringi kepiluan
percuma tarian pena ku goreskan melukis syair-syair hikmah kehidupan!,
sedang hatiku sendiri buta tuk membaca

Astaghfirullah....

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar