Saat Keinginan Tak Sesuai Harapan

Bookmark and Share
Murtakibudz Dzunub - Saya terkesan dengan salah satu perjalanan hidup seorang sahabat, saat ia lahir kedunia Allah memberinya fisik yang tidak sempurna di salah satu bagian tangan kirinya.

Seiring berputarnya masa, ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang hidupnya banyak didedikasikan mengajar anak-anak membaca qur'an dan ilmu-ilmu agama lainnya. Saya melihat dia sangat menikmati masa-masa itu. 

Hingga terjadilah sesuatu yang sangat tidak dia inginkan dan sempat frustasi dengan masalah yang menderanya. Waktu itu, ia harus dihadapkan pada kenyataan dimana tempat yang bisa dia gunakan mengajar anak-anak santri diperselisihkan oleh para tokoh masyarakat yang menginginkan terjadinya sususan kepengurusan di Madrasah yang sudah ia rintis dari nol bersama para sahabatnya.

Dengan mencoba berlapang dada, ahirnya ia dan sahabatnya menuruti keinginan sebagian tokoh masyarakat menyerahkan kepengurusan Madrasah kepada pihak yang telah dipilih.

***

Saat itu, ia datang padaku mengutarakan maksudnya yang ingin segera menikah. Hingga akhirnya saya pun gagal menemukan perempuan yang mahu menikah dengannya. Ya.. mungkin karena cacat fisiknya hingga dia sulit mendapatkan jodoh. Saat itu dia sudah ditinggal wafat oleh kedua orang tuanya, sedang yang dijadikannya tumpuan hanyalah para saudara kandungnya yang diharapkannya tahu akan keinginan hatinya untuk segera menikah.

"Masya Allah.." aku sempat heran dengan keluarganya, seolah mereka malu untuk mencarikannya jodoh karena fisiknya yang tidak sempurna. Sampai ada yang bilang "apa ada yang mahu sama dia..?".

Namun Alhamdulillah, selang beberapa tahun, dia dipertemukan oleh Allah kepada seorang wanita yang bersedia menerimananya apa adanya.

Setelah melalui proses yang amat rumit, ahirnya proses pernikahanpun berjalan dengan tanpa kendala yang berarti.

Mungkin sahabat saya ini membayangkan, setelah dia menikah kehidupannya lebih tentram dan bahagia. Tapi yang terjadi ternyata tidak sesuai dengan keinginan yang selama ini ia harapkan.

***

Hubungan dengan para saudaranya yang sebelum menikah bisa dikatakan baik-baik saja berubah menjadi pertikaian (pertikaian itu pun masih berlangsung sampai saat tulisan ini saya buat).

Harta warisan adalah ujung permasalahannya. Sebenarnya sebelum kedua orang tuanya meninggal, sudah diberi bagian-bagian tersendiri, namun sayangnya ada satu saudaranya yang memutar balikkan fakta, karena dia (saudaranya) ingin menguasai sebagian harta yang sudah menjadi haknya (sahabat saya).

Saat ini, saya masih menyaksikan kedukaan yang begitu mendalam. karena tergambar jelas dari raut mukanya, dia tidak mempunyai pekerjaan tetap yang bisa menopang rumah tangganya, sementara sang isteri sering sakit-sakitan oleh penyakitnya. Hingga diapun masih menitipkan isterinya pada orangtua kandungnya, karena ia tidak mampu membiayai pengobatan sang isteri.

Seperti yang dia sering katakan, dia sering menjerit dan menangis tiap malam. Dalam keadaan tidak berdaya ia malah dijauhi dan difitnah oleh saudaranya yang ingin merebut satu-satunya warisan yang ia miliki (sepetak tanah dan bangunan rumah sederhana yang berdiri diatasnya), padahal sebenarnya saudaranya itu bisa dikatakan orang yang hidup sangat berkecukupan.

Saya hanya bisa mengatakan, "kang.. njenengan yang sabar ya, inilah cara Allah untuk mengangkat tinggi derajatmu...".

***

Saat keinginan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, yakinlah bahwa Allah masih menyimpan anugerah yang akan diberikan sambil menunggu waktu yang benar-benar tapat untuk Allah memberikannya pada kita.

Kadang kita sering merasa bahwa hidup ini tidak adil, dan seolah kita tidak diperdulikan oleh Tuhan. Maka yakinlah bahwa perasaan seperti itu merupakan salah satu tipudaya Setan.

Semoga, Allah senantiasa menganugerahkan sifat sabar kepada saya, dia dan anda semua.... Amiin.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar