Murtakibudz Dzunub - Kembali teringat cerita masa lalu, ada seorang ikhwan yang jatuh cinta kepada salah satu sahabat perempuannya. Rupanya ia termakan oleh prasangka dari rasa 'terlalu pede' kalau akhwat sahabatnya itu juga memiliki rasa yang sama.
Hingga pada suatu hari sang ikhwan memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya, namun sayang sang akhwat hanya menganggapnya sebagai sahabat.
Selang waktu yang terus berganti, akhirnya ikhwan tadi mulai menepikan perasaannya dan belajar untuk menerima kalau rasa cintanya bertepuk sebelah tangan. Memang sedikit ada rasa kecewa, "tapi ya sudahlah.. mungkin dia bukan jodohku..". (baca: Ikhtiar dan Pasrah Perihal Jodoh)
Satu tahun kemudian ternyata Allah membuat cerita lain, sekarang giliran sang akhwat yang dihinggapi perasaan yang sama seperti yang pernah dirasakan sang ikhwan.
Namun sang akhwat tadi sadar, tak mungkin rasanya ia menanyakan secara langsung 'apakah perasaan sang ikhwan masih tetap sama seperti dulu'.
Lama ia pendam rasa kekaguman, seakan menjadi sebuah prahara yang sulit dihadapi oleh hatinya. Memendam rasa cinta dan sayang yang dia sendiri tak mampu untuk mengungkapkan. Dua tahun sudah ia menjalani hari dalam kegamangan fikiran, higga akhirnya ia memberanikan diri menemui salah seorang akhwat sahabatnya tentang perasaannya kepada sang ikhwan yang selama ini ia pendam.
Ahirnya akhwat sahabatnya tadi menyarankan supaya ia mahu jujur tentang perasaannya. Kemudian dia menghubungi sang ikhwan dan menjelaskan tentang perasaan sang akhwat. Namun sayang sang ikhwan saat itu tidak lagi mempunyai perasaan yang sama seperti dua tahun yang lalu.
Setelah mendengar kabar tadi, sang akhwat hanya tertunduk lesu sembari menyesali keputusannya dulu. Sahabatnya pun tidak tega melihat kondisi kejiwaan sang akhwat. Ahirnya ia menemui sang ikhwan untuk yang kedua kali. "mohon buka lagi hatimu untuknya..", sang ikhwan hanya tersenyum rupanya dia juga tidak tega melihat akhwat yang dulu pernah dicintainya menderita karenanya. Kalau dilihat sinyal yang ia sampaikan sepertinya sang ikhwan mulai membuka kembali hatinya untuk sang akhwat.
Diaturlah pertemuan, namun sayang terjadi kesalah pahaman. Disaat sang akhwat sabar menunggu ternyata sang ikhwan tidak tahu karena memang saat itu ia tengah menyiapkan beberapa program dakwah bersama sahabatnya. Timbullah kesalah pahaman yang yang tidak pernah bisa diluruskan, karena sang akhwat menganggap, 'demi dia ia rela seharian menunggu tapi yang ditunggu didak bersedia datang'.
Setelah mengetahui kejadian itu, betapa merasa bersalahnya sang ikhwan. Karena tiap ia berpapasan dengan sang akhwat, akhwat itu selalu menghindar bahkan menutup muka dan lari menjauh.
Satu tahun kemudian, nampak sang ikhwan masih dihinggapi perasaan bersalah. Hingga ia memberanikan diri untuk silaturrahim kerumahnya. Namun semua sia-sia karena sang akhwat sudah meneruskan study qur'annya keluar negeri.
Ia hanya bisa berkata dalam hati,
Ukhti... Kenapa engkau dulu seolah takut saat berjumpa denganku. Hingga tidak pernah memberi kesempatan buatku untuk meluruskan kesalah pahaman itu? Mungkin selamanya rasa bersalah ini akan terus ada, sebelum bisa ku jelaskan padamu.
Ukhti... Mestinya kamu jangan takut dengan perasaan prasangkamu, karena tidak selamanya apa yang kamu fikirkan sesuai dengan kenyataan.
Ukhti... Andai masih ada kesempatan buatku bisa berjumpa denganmu, kata ini yang ingin pertama kali ku sampaikan padamu "saudariku... jangan takut kecewa jika kita sudah mencintai seseorang, jangan takut andai rasa yang ada pada kita tidak terbalas, jangan takut oleh rasa malu yang mengelabuimu karena tanpa kamu sadari itu hanya akan menyakiti hatimu. Biarkan rasa itu mengalir apa adanya tanpa harus tertutupi rasa malu, minder, kecewa, takut, dan lain sebagainya. Allah sudah mengetahui kemauan hatimu biarkan Dia yang menuntunmu mendapati setiap jawaban dari pertanyaan hatimu."
Ukhti... Andai masih ada kesempatan buatku bisa berjumpa denganmu, kata ini yang ingin pertama kali ku sampaikan padamu "saudariku... jangan takut kecewa jika kita sudah mencintai seseorang, jangan takut andai rasa yang ada pada kita tidak terbalas, jangan takut oleh rasa malu yang mengelabuimu karena tanpa kamu sadari itu hanya akan menyakiti hatimu. Biarkan rasa itu mengalir apa adanya tanpa harus tertutupi rasa malu, minder, kecewa, takut, dan lain sebagainya. Allah sudah mengetahui kemauan hatimu biarkan Dia yang menuntunmu mendapati setiap jawaban dari pertanyaan hatimu."
[inspirasi dari kisah nyata]
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar